Jadi, ceritanya saya mendapatkan pesan singkat di whatsapp dari nomor orang yang belum saya kenal. Orang itu perempuan, mengaku dari Bank Indonesia Maluku Utara, tepatnya di kota Ternate.
Saya tahu akan hal tersebut, setelah beliau memperkenalkan diri. Kemudian menjelaskan maksud dan tujuannya.
“Saya dari BI (Bank Indonesia) Maluku Utara. Kalau buat plakat seperti ini, bisa?” tanyanya sambil mengirim contoh plakat yang diinginkannya.
Saya jawab, “bisa”.
Lalu, beliau menyebutkan 10 (sepuluh) pcs. Ya, dia hendak memesan plakat sebanyak 10 pcs.
Meskipun sudah lama berkecimpung di pemasaran online, saya agak syok juga mendapati pengalaman tersebut.
“Kita dari Bandung. Ke Maluku Utara terlalu mepet untuk hari Selasa,” tegas saya waktu itu (Jumat, 1/12, jam 16.13.)
“oh, gak kak … kita acaranya di Bandung,” sanggahnya.
“makanya, cari vendor yang di Bandung,” tambahnya lagi.
Akhirnya, saya jelaskan teknis produksinya dan hambatan-hambatan penyebab lamanya pengerjaan plakat sebanyak 10 buah.
“Kami usahakan hari Kamis, kebetulan lagi musim hujan jadi ada kendala saat nyetak plat kuningan yang akan nempel di dudukan plakat, bagaimana?”
Dengan diplomatis, Lia- nama calon pelanggan tersebut menawar waktu produksinya.
“kalau diterima selasa malam lebih bagus sih kak. Rabu pagi kami udah acara penyerahan plakatnya, kami nyampe Bandung Selasa Siang,” ungkap beliau.
Sebenarnya, ada beberapa lagi komunikasi namun singkatnya kami sepakat membuat 6 (enam) plakat saja.
jangan pernah abaikan konten Tiktok yang sudah kita buat
Hari H untuk pengiriman pun tiba. Mbak Lia dan tim datang ke Bandung dan menginap di Hotel Hilton Pasirkaliki.
Singkat cerita, pesanan saya kemas serapi dan seaman mungkin lalu saya sendiri yang membawa 6 kotak beludru hitam berisi plakat dengan tebal 2 centimeter.
Kami janji temu di lobby hotel, dan setelah bertemu, saya persilakan beliau untuk memeriksa satu plakat saja mewakili kelima plakat lainnya.
“Wah … Cantiknya,” ucapnya dengan senyum merekah.
“Alhamdulillah,” batin saya.
Lalu, saya tanya dari mana mengetahui tempat usaha kami memproduksi plakat.
“(dari) TikTok,” jawabnya.
Saya sedikit terdiam, karena di luar dugaan jawabannya.
“Saya sebenarnya udah ke vendor lain (beliau menyebutkan namanya), tapi mereka tidak menyanggupinya,” imbuhnya.
Hal itu dilakukannya melalui pencarian Google. Selanjutnya, beliau mencoba cari vendor lewat Tiktok dan ketemulah akun TikTok Soreangkupod.
“Saya agak kuatir kalo cari vendor di IG, kuatir akun Bodong yang menipu,” kilahnya.
Setelah cukup berbincang-bincang, saya pun pamit ke luar hotel dan kembali ke Soreang.
jangan pernah abaikan konten Tiktok yang sudah kita buat
Dari cerita ini, saya coba menggarisbawahi bahwa jangan pernah abaikan konten Tiktok yang sudah kita buat. Dan jangan buat konten yang asal-asalan, setidaknya konten yang kita tayangkan memiliki maksud dan tujuan yang jelas.
Kalau saya sendiri sih memang bertujuan branding dan promoting dan Alhamdulillah ada hasilnya.
Baik … Itu hanya cerita coffee break saja, semoga ada guna dan manfaat untuk Anda yang membacanya.
1 thought on “jangan pernah abaikan konten Tiktok yang sudah kita buat”